Rabu, 25 September 2013

'Lubang Hitam' Juga Ada di Samudra


'Lubang Hitam' Juga Ada di Samudra
Sebuah pusaran air yang disebabkan oleh tsunami pada 11 Maret 2011 terlihat di dekat Kota Oarai, prefektur Ibaraki, dalam foto yang diambil pada 11 Maret 2011 (kiri), prefecture, in this image taken March 11, 2011 (L), dengan area yang sama diambil pada 3 Maret 2012. REUTERS/Kyodo
 
TEMPO.CO, ZurichLubang hitam di luar angkasa selama ini dikenal memiliki kekuatan dahsyat yang mampu menyedot material apa saja yang berada di dekatnya. Efek serupa lubang hitam ternyata juga dijumpai di bumi. Para peneliti dari ETH Zurich dan Universitas Miami memperoleh fakta bahwa pusaran air raksasa di samudera sebenarnya memiliki karakter mirip dengan lubang hitam misterius di antariksa. 

Musim dingin ringan di Eropa bagian utara dipengaruhi oleh arus laut hangat dari Samudra Atlantik. Arus laut tersebut menyebar ke seluruh dunia dan mempengaruhi iklim. Namun iklim bumi sebenarnya juga mendapat pengaruh dari pusaran-pusaran air raksasa--berdiameter mencapai 150 kilometer--yang berputar dan bergerak melintasi samudra. 

Pusaran air itu sangat rapat, membuat apa pun yang terjebak di dalamnya tak bisa keluar lagi. Jumlah pusaran air raksasa dikabarkan meningkat di Samudra Antartika. Pusaran air ini menyebabkan aliran air hangat dan asin juga meningkat. Namun pusaran raksasa itu diprediksi bisa mengurangi dampak negatif mencairnya es di lautan akibat pemanasan global. 

Efek pusaran air raksasa itu belum diketahui pasti karena sulitnya mendeteksi batas-batasnya. George Haller, profesor dinamika nonlinier di ETH Zurich dan Francisco Beron-Vera, peneliti oseanografi di Universitas Miami, mengembangkan metode berbasis matematika untuk menemukan batas pusaran air itu. 

Tantangan menentukan batas pusaran air adalah mencari pulau-pulau yang koheren sebagai patokan hitungan. Putaran dan gerakan air terlihat semrawut baik di dalam maupun di luar pusaran. Haller dan Beron-Vera, dalam publikasi yang dimuat dalam The Journal of Fluid Mechanics, menyusun keadaan semrawut itu dengan mengisolasi pulau-pulau yang koheren melalui observasi satelit.

"Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pusaran air, secara matematika, sama dengan lubang hitam," kata Haller dan Beron-Vera, Rabu, 25 September 2013.

Lubang hitam adalah obyek di luar angkasa dengan massa luar biasa besar yang mampu menyedot apa pun, termasuk cahaya. Namun, pada jarak tertentu, alih-alih berputar dan terisap, cahaya justru melengkung, lalu kembali ke posisi semula dan membentuk orbit sirkuler. Bidang pembatas yang dibentuk oleh orbit cahaya dalam Teori Relativitas Albert Einstein disebut lingkaran foton. 

Haller dan Beron-Vera menemukan bidang pembatas serupa di sekeliling pusaran air. Pada bidang itu, partikel cairan bergerak berputar dalam bentuk lingkaran tertutup, mirip dengan cahaya dalam lingkaran foton. Bak lubang hitam, tak ada apa pun yang bisa lolos setelah terisap pusaran air raksasa itu. 

Namun pusaran air dinilai cukup stabil, sehingga bisa berfungsi seperti kendaraan pengangkut. Material, dari mikroorganisme seperti plankton, limbah plastik dan minyak, hingga air hangat dan kandungan garam, bisa berpindah ke lokasi perairan yang berbeda.

Hal serupa tampak saat Haller dan Beron-Vera mengamati Agulhas Rings, pusaran air yang muncul teratur di Samudra Antartika dan berdekatan dengan ujung selatan Benua Afrika. Mereka mengidentifikasi tujuh Agulhas Rings yang mirip lubang hitam, memindahkan isi perairan tanpa kebocoran selama hampir setahun.

Josefina Olascoaga, profesor oseanografi dari Universitas Miami, mencoba metode matematika Haller dan Beron-Vera. Olascoaga lalu secara tidak sengaja menemukan pusaran air raksasa dengan karakter lubang hitam di Teluk Meksiko. Kini Olascoaga menggunakan penemuannya dalam penelitian untuk memindahkan kontaminasi akibat tumpahan minyak.


Sumber
tempo.co

0 komentar:

Posting Komentar

lazada indonesia