Menyebut Banjarmasin Kalimantan Selatan pasti mengingat pasar terapung
yang menjadi pusat bisnis bagi masyarakat pedalaman disana. Kini pasar
terapung tidak hanya menjadi ajang bisnis, lebih dari itu telah menjadi
sebuah budaya unik yang mendapat perhatian seantero Nusantara bahkan
Nusantara.
Aku sendiri telah dua kali menyambangi kota ini yakni tahun 2002 dan
september 2013 ini, kehadiran disana untuk mengikuti ajang Pekan Olah
Raga Nasional (Porwanas). Dan dua kali menginjakan kaki disana akupun
tak lupa mengunjungi pasar tradisional diatas air tersebut.
Bedanya kalau dulu pasar terapung berada jauh dipedalaman yakni Muara
Kuin dan Lokbaintan yang harus ditempuh dengan kendaraan kemudian
dilanjutkan dengan naik klotok, semacam perahu kecil untuk mencapainya.
Kini pasar terapung sudah ada ditengah kota tepatnya dijalan Piere
Tendean yang berlokasi di Siring sungai Martapura atau didekat kantor
Gubernur Kalsel dan Mesjid Raya Banjarmasin. Aktifitas pasar terapung
moderen ini hanya berlangsung hari minggu dengan efektitas mulai subuh
hingga pukul 10.00 wita.
Kehadiran pasar terapung ditengah kota ini adalah upaya pemerintah kota
Banjarmasin untuk melestarikan kebudayaan pasar terapung yang dapat
dijangkau masyarakat. Menurut Wakil Wali Kota Banjarmasin H Muhidin
pasar terapung dalam kota dihajatkan untuk menggerakan ekonomi
masyarakat sekaligus sebagai pelestarian budaya.
Diakuinya keberadaan pasar terapung dalam kota tidak pula mematikan
pasar terapung tradisional yang lebih dulu ada seperti Muara Kuin dan
Lokbaintan. Dua lokasi yang berlokasi diluar kota itu tetap menjalani
aktifitas seperti biasa malah ditingkatkan lagi. ”Makanya pasar terapung
dalam kota hanya berlangsung hari minggu saja,” terangnya.
Diakui pula awalnya tidak mudah menggiring pelaku pasar terapung untuk
bergeser kedalam kota, memotivasi mereka pemerintah Kota Banjarmasin
bersedia memberikan subsidi kepada mereka yang bersedia berjualan hanya
untuk hari minggu saja.
Keberadaan pasar terapung dalam kota memang belum genap setahun, tetapi
perhatian publik kearena itu cukup luar biasa besarnya. Buktinya setiap
minggu pagi ribuan masyarakat berbondong-bondong mendatangi lokasi
tersebut.
Yang berjualanpun tidak hanya lewat klotok (perahu) tetapi didaratan
bertebaran pedagang kali lima (PKL) yang menjajakan daganganya
disepanjang bantaran sungai tersebut. Jenis jualanpun beraneka macam,
mulai dari buahan-buahan, sayur-sayuran.
Tidak itu saja penjual makanan instan juga bermunculan, seperti soto,
nasi, kopi dan semacamnya. Intinya Kota Banjarmasin telah berhasil
membaca peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
melestarikan budaya yang terunik di dunia.
0 komentar:
Posting Komentar