Senin, 16 September 2013

Hikayat "LAMELLONG"

Istana geger, tantangan kerajaan tetangga lewat teka teki yang di bawa kurirnya belum juga bisa terselesaikan. Orang pintar yang ada di istana sudah menyerah, tak sanggup memberikan solusi meski sudah memutar otak dengan segala rupa berhari-hari. Jika pertanyaan tersebut tidak juga bisa terjawab, wibawa kerajaan bisa jatuh. Akhirnya diadakanlah pertemuan tokoh cerdik pandai dilingkungan istana.
Pada pertemuan para cerdik pandai tersebut, ditengah kebingungan para peserta , salah seorang diantara peserta memberanikan diri bicara, “ saya mendapat informasi bahwa di daerah Cina ada seorang anak muda yang cukup cerdik, siapa tahu saja dia mampu menjawab teka-teki itu”.  Jawab sang pengusul
“ Siapa nama anak muda itu?”, kata pemimpin pertemuan.
“ La Mellong, ketua”, kata sang pengusul dengan sedikit hati – hati.
“ Bagaimana pendapat saudara –saudara yang lain”, kata sang ketua
“Menurut pendapat saya, tak ada salahnya mengirim kurir ke Cina, sambil kita tetap berusaha memecahkannya”, jawabnya dengan penuh wibawa.
“Bagaimana saudara- saudara yang lain”  tak ada jawaban, “ kalau demikian besok akan dikirim kurir ke Cina untuk menjemput la mellong” kata ketua mengambil kesimpulan. Pertemuan pun ditutup.
Keesokan harinya, Kurir yang diutus oleh pabbicara berangkat kearah selatan menuju daerah Cina tempat La Mellong, melewati beberapa kampung seorang diri.  Setelah tengah hari sampailah ia di pinggir sungai di daerah Cina. Di tempat tersebut sang kurir bertemu melihat seorang anak muda yang sedang menggembalakan sapi diseberang sungai.
“Taddampengnka ndi (permisi dik), dalamkah ini sungai? Tanya sang kurir kepada sang penggembala
Ta tanai sibawatta, ( tanya saja temannya)” jawab anak muda itu dengan sedikit acuh
Sang kurir menoleh  melihat sekeliling, tak ada orang lain. Kok anak muda ini minta dia bertanya kepada kawan saya. Dengan sedikit bingung dan jengkel akibat merasa di kerjai dan capek setelah berjalan jauh sang kurir berkata dengan keras , “Iga sibawakku, ale- aleku mie “,
Dengan tersenyum  sang pengembala menunjuk tongkat sang kurir dan menyahut, “  itu yang saya maksud”.
Sedikit menggerutu, sang kurir pun mengukur kedalaman sungai yang ternyata dangkal saja. Tongkat itu di pungutnya tadi waktu melewati sawah agar tak terpeleset di pematang. Cerdas juga ini anak, pikir sang kurir. Setelah menyeberang , sang kurir bercakap- cakap dengan sang gembala dan memberitahukan maksud kedatangannya ke daerah cina.
” Saya di utus oleh kerajaan untuk menemui La Mellong, kamu kenal?”, tanya sang kurir
“ Barusan saya dengar ada manusia lame ellonna (lehernya ubi)”, jawab sang gembala santai. Pengucapan La Mellong memang sama dengan Lame Ellong (leher ubi).
“ Bukan lame ellong, La Mellong. Katanya dia seorang anak muda yang cerdik” jawab sang kurir sedikit mengerutkan dahi tak habis pikir dengan jawaban sang gembala ini.
“ oooh, saya tahu rumahnya. Rumahnya di kampung ini , silahkan cari persis di tengah kampung , tellu addenenna (tiga tangganya) ” jawab anak muda itu sambil tersenyum. Sedikit kepuasan Nampak di wajahnya.
Terima kasih ndi, jawab sang kurir langsung pamit.
Sang kurir pun bergegas menuju ketengah kampung, sambil meperhatikan setiap rumah yang di lewatinya. Setiap rumah mempunyai dua addeneng (tangga) seperti rumah panggung orang bugis pada umumnya. Aneh, kok tangganya ada tiga yah.. pikir sang kurir, mungkin disitulah uniknya. Setelah sampai di tengah kampung, tak satupun rumah yang memiliki 3 tangga, semua dua yaitu tangga depan dan tangga belakang.  Dengan penasaran, sang kurir memutari kampung yang tak besar itu untuk memastikan penglihatannya, akhirnya dia menyerah.
12982971452126602187
Bola Soba from google.com
Dengan kelelahan sang kurir bertanya pada salah seorang warga, “ tega bola tellu addenenna kukamponngewe?” ( Di mana rumah yang tiga tangganya dikampung ini?)
Sang warga pun bingung, “ sipungekku tau, depa sedding gaga uruntu” ( seumur hidup, saya belum pernah lihat),
“ siapa yang dicari? Siapa tahu saya bisa bantu”, jawab sang warga menawarkan diri.
“ Saya utusan kerajaan, saya cari rumahnya la Mellong” jawab sang kurir ragu –ragu.
“ ini rumahnya, La Mellong anaknya Matowa” jawab sang warga sambil menunjuk rumah yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Terima kasih”, kata sang kurir sambil pamit pada warga itu, dalam hatinya bersungut- sungut, “ anak gembala sialan, katanya rumah la mellong punya tiga tangga ternyata cuma dua.
Sang Kurir pun bertamu ke rumah sang Matowa ayah La Mellong. Saat bercakap – cakap sambil menikmati hidangan yang disajikan sang Matowa, tak sengaja matanya tertuju pada seorang anak muda yang di temuinya di tepi kali. Tak mampu lagi dia menahan ekspersi  rasa herannya.
“ itu dia La Mellong” , ujar Matowa cina menimpali. Menginaplah disini, nanti besok pagi berangkat ke Bone.  Sang kurir pun mengiyakan.
Sehabis makan malam, sang kurir bertanya kepada La Mellong, “katanya rumah mu tiga tangganya. Saya lihat cuma dua”
“ itu di samping tiang rumah” kata lamellong sambil menunjuk tangga menuju rakkeang, Loteng tempat penyimpanan padi yang ada di semua rumah orang bugis.  Tentulah tak bisa di lihat dari luar.
Sang kurir terdiam, merasa dikerjai tetapi mengakui kecerdasan La Mellong. Meskipun demikian, dia masih ragu sanggupkah La Mellong Menjawab teka teki dari kerajaan tetangga?
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

lazada indonesia