Ilustrasi |
TEMPO.CO, Stockholm
- Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui kapan akan meninggal?
Informasi waktu kematian kini bisa diprediksi hanya lewat jam tangan
yang diberi nama Tikker. Kemampuan jam tangan ini cukup menyeramkan,
tidak hanya memprediksi kapan Anda akan meninggal, tapi juga menghitung
mundur sisa waktu yang Anda miliki.
Untuk mengetahui tanggal kematian, pengguna harus mengisi kuesioner tentang riwayat kesehatan mereka sebelum mengurangi usia mereka dari hasil keseluruhan untuk mendapatkan nilai kematian. Nilai kematian yang didapat kemudian dimasukkan ke jam Tikker, lalu hitung mundur menuju waktu kematian akan dimulai.
Dijuluki sebagai "jam kematian", Tikker dibuat oleh penemu asal Swedia, Fredrik Colting. Ia justru menyebut jam ini dengan "Jam Kebahagiaan" dan mengklaim jam ini sengaja dibuat untuk membantu orang-orang untuk lebih menghargai waktu yang telah terlewati dan menjadikan sebagian sisa hidup lebih berarti.
"Bayangkan seseorang memberitahu Anda bahwa Anda hanya memiliki satu tahun lagi untuk hidup. Bagaimana hal tersebut akan mengubah hidup Anda? Bagi kita semua kehidupan terbaik adalah sebelum menghadapi tanggal kematian," ujar Colting, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Senin 7 Oktober 2013.
Kematian adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan, tapi tidak dengan kehidupan. Menurut Colting, yang harus dilakukan manusia adalah belajar bagaimana menghargai waktu dan berbagi dengan sesama. Colting mendapatkan ide untuk merancang jam Tikker ini saat kakeknya meninggal.
Untuk mengatur jam Tikker, penggunanya harus mengisi kuesioner dengan memasukkan informasi tentang sejarah medis mereka. Pengguna juga akan ditanya seputar apakah mereka minum alkohol atau merokok, dan apakah punya riwayat kanker, diabetes, dan penyakit lain dalam keluarga. Selain itu, sebelum mendapatkan nilai kematian, pengguna juga diberi pertanyaan tambahan tentang seberapa sering mereka berolahraga dan berapa berat badan saat itu.
Usia mereka kemudian dipotong dari hasil pengukuran pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk memprediksi tanggal kematian, dan jam tangan Tikker mulai menghitung mundur sisa waktu pengguna.
Jam tangan ini layarnya berbentuk digital, terdiri atas tiga baris. Baris pertama paling atas menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal, sedangkan baris kedua menampilkan hitung mundur sisa usia berupa jam, menit, dan detik. Lalu baris bawah menunjukkan waktu setempat.
"Dari tahun ke detik itu memperlihatkan waktu yang terus bergerak, tidak pernah diam, dan hidup kita akan berkurang menuju peristirahatan terakhir," ujar Colting.
Ia menambahkan, "terjadinya kematian tidak mengherankan bagi siapa pun, tapi dalam masyarakat modern kita kita jarang membicarakannya. Saya berpikir bahwa jika kita lebih sadar akan waktu kematian maka saya yakin kita akan membuat pilihan yang lebih baik selagi masih hidup."
Tim perancang jam ini tengah mengumpulkan dana melalui Kickstarter dan berharap mampu mendapat US$ 25 ribu. Rencananya, jam ini akan dijual dengan harga US$ 59 dan akan dikapalkan pada April 2014.
Untuk mengetahui tanggal kematian, pengguna harus mengisi kuesioner tentang riwayat kesehatan mereka sebelum mengurangi usia mereka dari hasil keseluruhan untuk mendapatkan nilai kematian. Nilai kematian yang didapat kemudian dimasukkan ke jam Tikker, lalu hitung mundur menuju waktu kematian akan dimulai.
Dijuluki sebagai "jam kematian", Tikker dibuat oleh penemu asal Swedia, Fredrik Colting. Ia justru menyebut jam ini dengan "Jam Kebahagiaan" dan mengklaim jam ini sengaja dibuat untuk membantu orang-orang untuk lebih menghargai waktu yang telah terlewati dan menjadikan sebagian sisa hidup lebih berarti.
"Bayangkan seseorang memberitahu Anda bahwa Anda hanya memiliki satu tahun lagi untuk hidup. Bagaimana hal tersebut akan mengubah hidup Anda? Bagi kita semua kehidupan terbaik adalah sebelum menghadapi tanggal kematian," ujar Colting, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Senin 7 Oktober 2013.
Kematian adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan, tapi tidak dengan kehidupan. Menurut Colting, yang harus dilakukan manusia adalah belajar bagaimana menghargai waktu dan berbagi dengan sesama. Colting mendapatkan ide untuk merancang jam Tikker ini saat kakeknya meninggal.
Untuk mengatur jam Tikker, penggunanya harus mengisi kuesioner dengan memasukkan informasi tentang sejarah medis mereka. Pengguna juga akan ditanya seputar apakah mereka minum alkohol atau merokok, dan apakah punya riwayat kanker, diabetes, dan penyakit lain dalam keluarga. Selain itu, sebelum mendapatkan nilai kematian, pengguna juga diberi pertanyaan tambahan tentang seberapa sering mereka berolahraga dan berapa berat badan saat itu.
Usia mereka kemudian dipotong dari hasil pengukuran pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk memprediksi tanggal kematian, dan jam tangan Tikker mulai menghitung mundur sisa waktu pengguna.
Jam tangan ini layarnya berbentuk digital, terdiri atas tiga baris. Baris pertama paling atas menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal, sedangkan baris kedua menampilkan hitung mundur sisa usia berupa jam, menit, dan detik. Lalu baris bawah menunjukkan waktu setempat.
"Dari tahun ke detik itu memperlihatkan waktu yang terus bergerak, tidak pernah diam, dan hidup kita akan berkurang menuju peristirahatan terakhir," ujar Colting.
Ia menambahkan, "terjadinya kematian tidak mengherankan bagi siapa pun, tapi dalam masyarakat modern kita kita jarang membicarakannya. Saya berpikir bahwa jika kita lebih sadar akan waktu kematian maka saya yakin kita akan membuat pilihan yang lebih baik selagi masih hidup."
Tim perancang jam ini tengah mengumpulkan dana melalui Kickstarter dan berharap mampu mendapat US$ 25 ribu. Rencananya, jam ini akan dijual dengan harga US$ 59 dan akan dikapalkan pada April 2014.
Sumber
tempo.co
0 komentar:
Posting Komentar