skip to main |
skip to sidebar
5 Cerita haru dan lucu di awal TNI berdiri
Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan hari jadi ke-68 hari ini.
Tahun 2013, TNI boleh berbangga dengan pembelian sejumlah alat utama
sistem persenjataan terbaru. Mulai Sukhoi SU 27/30 MK, tank berat
Leopard hingga kapal selam.
Lembaga analisa militer Global
Firepower merilis kekuatan Indonesia kini berada di urutan 15 dunia
sejak Juni 2013. Sebelumnya, tahun 2011 lalu Indonesia masih berada di
peringkat 18 besar dunia.
Untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia
tercatat sebagai negara terkuat nomor 7. Jauh di atas Malaysia (33) dan
Singapura (47). Prestasi yang cukup membanggakan setelah Indonesia
terpuruk selepas tahun 1960an.
TNI awalnya bernama Tentara
Keamanan Rakyat (TKR). Berdiri tanggal 5 Oktober 1945, dan jatuh bangun
mengawal kedaulatan republik. TNI terbentuk dari rakyat, bukan tentara
bayaran yang hanya mencari gaji.
Menurut Presiden Soekarno, banyak cerita mengharukan yang lucu dan menarik di awal pendirian TNI. merdeka.com mencoba merangkumnya dari biografi Soekarno yang ditulis Cindy Adams.
1. Bawa granat langsung jadi perwira
Menjadi perwira TNI kini sangat sulit. Kalau bukan lulusan Akademi
Militer maka harus sarjana yang kemudian mengikuti sekolah perwira.
Seleksinya berat dan selektif.
Saat TKR terbentuk tanggal 5
Oktober 1945, sangat mudah menjadi perwira. Cukup bawa granat rampasan
dan mendaftar. Tak perlu tes ini dan itu, langsung diberi pangkat
letnan.
"Seorang sukarelawan yang mendaftarkan diri dengan
membawa 10 anak buah, diberi pangkat kopral. Bila memimpin 20 orang, ia
menjadi sersan. Tetapi bila membawa senapan dan granat selundupan, dia
menjadi perwira," kata Soekarno.
2. Seragam belang-belang
Kini TNI punya seragam loreng yang bagus dan sama model maupun motifnya.
Helm baja lengkap dengan sepatu boot berkualitas untuk bertempur.
Tahun 1945, seragam TNI tak sama. Jangankan membuat seragam yang sama, punya baju dan celana layak pakai saja sudah mewah.
"Sebagian
tentara memakai uniform rampasan dari Belanda. Sebagian rampasan
Australia dan ada juga yang melucuti tentara Jepang lengkap dengan
sepatu boot dan pedang panjang," kata Soekarno.
Uniknya
saat itu bisa saja komandan hanya memakai pakaian usang dan celana
pendek lusuh, sementara prajuritnya berpakaian lebih bagus. Tergantung
siapa yang merampas duluan. Banyak juga yang ukurannya tak sesuai,
sehingga kebesaran.
Tapi tak ada yang peduli saat itu.
Mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia sejuta kali lebih penting
daripada seragam mentereng.
3. Satu senjata untuk 5 orang
Tentara Keamanan Rakyat dibentuk dari nol. Tanpa dukungan dana, maupun
peralatan. Kondisi tentara Indonesia sangat memprihatinkan.
"Yang dipakai sebagai ukuran vital, setiap lima orang prajurit memiliki satu pucuk senjata," kata Soekarno.
Saat
itu TKR mengandalkan senjata rampasan dari Jepang atau sisa Belanda
yang sudah tua. Jangan heran jika melihat barisan-barisan tentara hanya
menyandang bambu runcing atau samurai.
"Kami mempunyai prajurit tanpa senjata, tanpa seragam dan tanpa gaji, tetapi tentara kami terus berkembang," kata Soekarno haru.
4. 1,5 Jam naik pangkat jadi mayor
Seperti kebiasaan di hampir semua negara, seorang presiden selalu
mempunyai ajudan perwira militer. Seorang pejuang sipil lalu diangkat
jadi ajudan Presiden Soekarno dan diberi pangkat letnan. Tentu saja pemuda itu sangat gembira karena sebelumnya tak punya pangkat apa-apa.
Tapi penasihat Soekarno
kemudian protes. "Ini tidak boleh terjadi. Ratu Juliana dari Negara
Belanda yang hanya memimpin 10 juta orang memiliki ajudan seorang
kolonel. Bagaimana orang nanti orang memandang Soekarno, presiden yang memerintah lebih dari 70 orang, memiliki ajudan yang hanya berpangkat letnan," katanya.
Soekarno berpikir. "Betul juga."
Soekarno lalu memanggil letnan ajudannya itu. "Sudah berapa lama kau jadi letnan?"
Si ajudan menjawab "1,5 jam, Pak!" katanya sambil menghormat.
"Nah, karena kita merupakan negara baru yang tumbuh cepat. Mulai sore ini kau menjadi mayor," kata Soekarno.
5. Asal berani naik pesawat, jadi pilot
Jika kini TNI AU sudah memiliki F-16, Sukhoi, T-50i dan aneka pesawat
lain, maka tahun 1945 kondisinya bagai bumi dan langit. Saat itu
Angkatan Udara hanya punya beberapa pesawat bekas Jepang yang sebenarnya
tak layak terbang.
Saat itu jumlah orang Indonesia yang bisa
menerbangkan pesawat hanya beberapa orang. Sebagian malah takut terbang.
Maka tes masuk AU pun tentu tak sesulit sekarang.
"Satu-satunya
pertanyaan yang diajukan adalah, "Apakah anda, berani naik pesawat
terbang kita? Bila jawabannya "ya", maka dia diterima di Angkatan
Udara," kenang Soekarno.
Nasib
Angkatan laut juga tak kalah miris. Saat itu hanya ada beberapa kapal
kayu. Tak seimbang dengan Indonesia yang lautnya sangat luas.
Sumber
http://www.merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar