Rabu, 01 Agustus 2012

Jokowi Dalam Terawangan Ahli Metafisika

Ahli metafisika rupanya ikut berpartisipasi meramaikan pemilihan Gubernur DKI Jakarta melalui "gotak-gatik" kode rahasia yang dipelajari secara ilmiah. Hasilnya, nama Joko Widodo lebih selaras dengan alam dan memungkinkan dia menjadi pemimpin yang berhasil ketimbang Fauzi Bowo.

Doktor dalam ilmu pengetahuan metafisika, Arkand Bodhana Zeshaprajna, menjelaskan, melalui indeks name dan index coherence antara keduanya, nilai Jokowi lebih tinggi ketimbang Fauzi Bowo, yakni 1.0, sementara Fauzi Bowo 0.3. Adapun index coherence keduanya sama-sama memiliki angka 0.8. "Pendek kata, semesta mendukung karena index name Jokowi memiliki sinkronitas waktu keberuntungan yang tepat di waktu yang tepat," ujar doktor lulusan University of Metaphysics di Amerika Serikat ini kepada Tempo di Yogyakarta, Kamis, 19 Juli 2012.

Dengan sinkronitas waktu yang dimiliki Jokowi dan alam semesta mendukungnya, maka berbagai keberuntungan akan bersama Jokowi saat memimpin. Keberuntungan dalam memimpin ini lantaran Jokowi memiliki kemampuan dalam memanfaatkan waktu. "Jokowi orang yang tepat, pada waktu yang tepat karena memiliki sinkronitas dengan alam menurut angka index name itu," katanya.

Index name adalah parameter yang menunjukkan tingkat kesesuaian antara kesempatan alamiah dan keberadaan diri. Rentang index name adalah 0.05 hingga 1.0. Semakin tinggi nilai index name, maka semakin besar pula peluang yang terdapat di dalam nama tersebut untuk mencapai sukses bagi seorang pemimpin. Rentang nilai seorang pemimpin untuk index name adalah 0.8-1.0.

Index coherence adalah parameter utama yang menunjukkan tingkat kematangan dalam satu atau beberapa bidang, keberanian dalam mengambil keputusan, daya juang, keteguhan, dan karisma. Rentang nilai index coherence adalah 0.1 hingga 1.0. Semakin tinggi nilai index coherence, maka semakin besar pula daya yang terdapat di dalam nama tersebut untuk memimpin. Kesuksesan untuk seorang pemimpin mampu menjadi pemimpin jika angka index coherence adalah 0.7-1.0.

Dengan keselarasan alam inilah, Arkand berpendapat, kemunculan Jokowi untuk Jakarta memang dibutuhkan orang karena berada pada titik kejenuhan. Maka dia tak heran ketika pada putaran pertama pasangan Jokowi-Ahok telah memenangkan suara hingga 43 persen. "Karena orang sudah berada pada titik jenuh," katanya. "Nah, Jokowi muncul pada timing yang tepat."

Sementara Foke, yang memiliki struktur rendah, yakni 0.3, tak memiliki sinkronitas waktu dengan alam. Padahal, menurut index coherence, Foke dan Jokowi orang-orang yang dinilai memiliki kemampuan dengan index name 0.8. Foke, kata Arkand, jelas punya kemampuan yang baik, tetapi apa yang dibutuhkan orang tidak tepat dengan keputusannya. "Misalnya butuh A, yang ada F. Butuh F yang ada Z. Sementara pada Jokowi, dia memberi A ada A, ini karena Jokowi punya timing yang pas," kata Arkand.

Arkand menyarankan, "Jangan memilih pemimpin yang memiliki struktur indeks rendah karena dia tidak akan mampu merealisasikan hal-hal baik."

Dalam kode rahasia, Arkand juga memaparkan soal gaya kepemimpinan Jokowi dan Foke yang cocok dengan kepemimpinan mereka saat ini. Kode mayor dari struktur itu, Jokowi mendapatkan angka 4, sementara Foke angka 1. Artinya, gaya kemimpinan Jokowi lebih merakyat ketimbang Foke. Menurut kode itu, Foke bukan berarti tak memiliki kemampuan sebagai pemimpin. “Tapi dia lebih cocok menjadi kepemimpinan di atas seperti militer, bukan memimpin rakyat,” kata Arkand. Tak mengherankan, kata Arkand, Foke kurang dekat dengan rakyat dan berjarak.

sumber 

0 komentar:

Posting Komentar

lazada indonesia